Si Kancil, Anak Kampung Murid JEAN Galunggung

Ichsan Sundawani
Mar 04, 2024

Ilustrasi: Dok. Pribadi

melotot melihat wajah Cun-Cun lunglai dipangku mang odo, pamannya Cun-Cun.

Tanpa banyak kata mang odo minta si Kancil bergeser lantaran menghalangi pintu. Tidak ada satu pun yang menjelaskan kepada si Kancil apa yang sedang terjadi pada Cun-Cun. Semua sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. 

Melihat Cun-Cun terbaring sendiri di sofa, si Kancil pun memghampiri. Ketika melihat keadaan Cun-Cun, si Kancil pun kaget disertai perasaan merinding. Cun-Cun yang terus-terusan meringis memegangi sarung itu ternyata baru selesai di sunat/khitan.

Melihat kondisi Cun-Cun yang meringis, Si Kancil pun bingung. Antara harus senang, sedih, haru atau bagaimana, semua campur aduk. Cun-Cun berpesan agar si Kancil tak memberitahukan kondisinya ke ibu guru mulok (muatan lokal), yakni guru kesayangan Cun-Cun. Rupanya, hanya ibu guru mulok yang menjadi alasan Cun-Cun tiap hari nampak semangat saat sekolah.

Si Kancil pun mengiyakan. Sekalipun saat ini si Kancil tak bisa berbuat banyak untuk membantu kawannya itu. Akhirnya si Kancil pun memilih mundur lalu pulang dengan wajah murung. si Kancil pergi tanpa pamit lantaran Cun-Cun sedang sibuk bercerita melayani sanak saudaranya yang menjenguk.

Si Kancil pun tiba di rumah. Ia lihat satu per satu ruang kamar rumahnya untuk mencari seseorang yang bisa memahami gelisah hatinya. Si Kancil mencari Bapaknya. Sampailah di sebuah kamar dinas milik Bapaknya. 

Namun si Kancil tak berani mengetuk pintu. Terbayang, kalau Bapaknya sedang berdinas (rekaman bikin materi iklan) lantas terganggu, pasti Bapaknya marah. Si Kancil pun menunggu sampai Bapaknya selesai dinas.

Saat Bapaknya keluar kamar, si Kancil sedang asyik bermain


1 2 3 4 5

Related Post

Post a Comment

Comments 0