Ibu-Ibu sedang beraktivitas mengupas kerang di Muara Angke, Foto: Ist
KOSADATA - Yayasan Sahabat Hati Bunda (SHB) berkomitmen terus mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir Jakarta Utara melalui berbagai kegiatan pendampingan, salah satunya terhadap kelompok perempuan yang berprofesi sebagai pengupas kerang di Muara Angke.
Manajer yayasan SHB, Melny Nova Katuuk menyampaikan, sejak tahun 2023 ini pihaknya terus melakukan intervensi pengembangan ekonomi biru yang adaptif terhadap perubahan iklim bagi perempuan pesisir di kawasan nelayan Muara Angke tersebut.
"Sekretariat SHB berada 500m di bibir pantai di RW/22 Muara Angke. Khusus di RT 6-12 terdapat banyak buruh perempuan yang bergantung dari hasil mengupas kerang. Tetapi murahnya harga kerang berimbas pada upah harian mereka. Kebanyakan harus bekerja selama 4 jam untuk mendapatkan 30 ribu karena harga kerang dipasaran hanya 8000/kg. Jadi untuk menghasilkan 60-70 ribu/hari para perempuan ini harus bekerja selama 8 jam," kata perempuan yang biasa disapa Nova ini, Sabtu (28/10/2023).
Namun demikian, kata Nova, pekerjaan yang digeluti para istri nelayan itu tidak setiap hari tersedia. Misalnya bulan ini penangkapan kerang menurun sehingga banyak ibu-ibu pengupas kerang itu banyak yang menganggur, dan harus bergantung dari penghasilan suami.
Nova pun menuturkan, ditengah kondisi para suami mereka yang kebanyakan adalah buruh dan nelayan, terkadang juga tidak dapat memenuhi ekonomi keluarga, apalagi para nelayan kerang. Menurut Nova, mereka adalah nelayan pinggir, sehingga ada perbedaan dengan nelayan perairan dalam.
"Nelayan pinggir atau pesisir adalah nelayan yang menangkap ikan di perairan yang terletak di darat dari garis rendah pantai dengan kapasitas tangkap lebih kecil. Sekarang memang belum masuk musim angin barat, tetapi banyak nelayan yg mengeluh karena hasil tangkapan mereka sedikit," ungkapnya.
Nova menyampaikan, kebanyakan dari nelayan kerang saat ini tidak memiliki KTP DKI, sehingga sulit bagi pihaknya untuk membantu mengakses bantuan sosial yang disediakan pemerintah. Padahal, lanjutnya, belanja harian dan biaya bahan bakar solar untuk melaut cukup tinggi.
"Pemprov DKI Jakarta melalui dinas KPKP DKI sebenarnya sudah berupaya mengatasi persoalan kemiskinan termasuk wilayah pesisir, bahkan telah menyediakan 24 jenis bantuan sosial. Bahkan kegiatan kami ini pun sangat di dukung oleh dinas KPKP DKI untuk sama-sama mengangkat perekonomian masyarakat pesisir," jelasnya.
Selain itu, kata Nova, persoalan pelik lainnya adalah perubahan iklim atau pemanasan global yang menjadi tantangan saat ini. Nova mengatakan bahwa ia telah berkonsultasi dengan seorang meteorolog dari Universitas Hassanudin (UNHAS) Makassar, Jasman Ghadi yang berpengalaman mengkaji terkait isu masyarakat pesisir dan kebencanaan.
"Menurut beliau, kebijakan pemerintah soal isu kemiskinan pendekatannya harus berbeda dengan isu kemiskinan masyarakat kota karena faktor kemiskinan masyarakat pesisir yang sebagian besar adalah nelayan dan buruh pasar bukan hanya terletak pada isu domisili, infrastruktur, tetapi utamanya terletak pada faktor perubahan iklim," jelasnya.
Sementara itu, Pemerhati pendidikan dan ketenagakerjaan, Fransiscus Go menilai, apa yang sudah dilakukan yayasan SHB bersinergi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan gerakan pemicu kesadaran terhadap kondisi ekonomi warga Jakarta, terlebih saat ini sedang berproses menjadi kota global.
Menurut pria yang akrab disapa Frans ini, tantangan besar yang dihadapi para nelayan dimanapun antara lain faktor cuaca, perubahan iklim, persoalan bahan bakar serta daya beli masyarakat atas hasil tangkapan mereka.
"Perubahan iklim memang sangat berdampak pada kerentanan ekonomi masyarakat pesisir. Perubahan salinitas atau pun perubahan cuaca ekstrem mengakibatkan tingginya gelombang laut, meningkatnya kecepatan arus, serta meningkatnya intensitas badai di laut," kata Frans.
"Apa bahaya yang bisa ditimbulkan? Tentu perubahan ini dapat mengakibatkan perubahan rantai makanan pada ekosistem laut, bergesernya musim ikan, serta berubahnya "fishing ground" pada ikan tertentu. Perubahan iklim juga berdampak pada perubahan suhu yang meningkat secara signifikan, sehingga mengakibatkan pemutihan terumbu karang," sambungnya.
Frans berharap, kehadiran yayasan SHB dapat menjadi partner yang memberikan solusi bagi kehidupan para nelayan di Jakarta Utara. Tidak hanya itu, Frans juga melihat adanya berbagai macam manfaat bagi masyarakat dikawasan itu pasca dilakukannya beragam pembinaan dan pendampingan oleh yayasan SHB dan dinas KPKP DKI.
"Tidak ada upaya yang gagal jika dilakukan dengan serius dan berkesinambungan. Semoga langkah nyata yayasan SHB ini menginspirasi masyarakat lainnya untuk sama sama bergerak mewujudkan Jakarta dengan ekonomi tangguh," pungkas Frans.
Rekrutmen PPSU di Jakarta Dibuka Hari Ini, Cek Syarat dan Tahapannya
MEGAPOLITAN Jun 23, 2025Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0