Ilustrasi: Pixabay/zdrsoft
“Memang dianjurkannya berhenti mengemudi setiap tiga jam, namun jika hanya mampu berkendara satu setengah hingga dua jam, itu sudah cukup" jelasnya.
Mengandalkan stimulasi seperti merokok, membuka kaca, atau minum kopi, menurut Sony, tidak akan efektif dalam menghilangkan microsleep. Sebab, stimulan tersebut hanya memberikan sensasi segar sesaat.
Salah satu cara lain untuk tetap fokus saat berkendara adalah dengan melakukan commentary driving, yakni kegiatan berbicara sendiri sambil menyebutkan potensi-potensi bahaya selama di perjalanan.
"Dengan berbicara, rahang kita bergerak, yang membantu memompa oksigen dan darah ke otak, sehingga membantu menjaga fokus, salah satu penyebab kantuk adalah kurangnya oksigen dan darah ke otak,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sony mengatakan bahwa masih banyak pengemudi yang mencoba meningkatkan adrenalin dengan menginjak gas lebih dalam, berharap dapat mengatasi rasa kantuk. Namun, ini justru berisiko, karena meski adrenalin meningkat, rasa kantuk tetap ada.
“Banyak sekali pengemudi yang menyiasati dengan 'gaspol', harapannya adalah adrenalin dia naik sehingga ‘melek’ nah ini bahayanya kalau sudah di 'gaspol', adrenalin naik itu hanya sesaat, namun ngantuk dan letihnya masih ada,” imbuhnya.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0