Dosen Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sri Fatmawati. Foto: ITS
"Hingga kini, produk ITS Djamoe sudah bisa dinikmati publik dengan formulasi yang lebih matang," lanjut Presiden Organization for Woman in Science for the Developing World (OWSD) Indonesia ini.
Tak terbatas pada produk, Fatma menjelaskan bahwa risetnya turut berdampak pada pelestarian biodiversitas atau keanekaragaman hayati di Indonesia.
Dengan melibatkan masyarakat di pedalaman, ia yakin bahwa penelitiannya mampu menciptakan keberlanjutan dari alam sekitar sekaligus memberdayakan masyarakat secara luas.
"Maka minum jamu tidak hanya sekadar budaya, tetapi ada sains di belakangnya yang membawa lebih banyak kebermanfaatan," terangnya.
Rekam jejak Fatma di bidang riset telah membawanya pada lebih dari 30 penghargaan dalam skala nasional maupun internasional.
Menurutnya, beberapa pencapaian seperti memenangkan International L'Oreal-UNESCO for Women in Science (FWIS) dan Elsevier Foundation Awards for Early-Career Women Scientists in the Developing World juga menjadi faktor kehadiran namanya pada deretan peneliti terbaik di dunia.
Melalui penghargaan The Asian Scientist 100 ini, Fatma bersyukur. Karena setelah ini, akan semakin banyak peluang yang terbuka untuk mendukung kiprah risetnya di kancah global.
"Pencapaian ini turut mengharumkan nama ITS di mata dunia. Pesan saya, jadilah peneliti yang berani dan progresif karena sains adalah jalan menuju kemanusiaan," tuturnya.***
Rekrutmen PPSU di Jakarta Dibuka Hari Ini, Cek Syarat dan Tahapannya
MEGAPOLITAN Jun 23, 2025Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0