Sejumlah massa menolak rencana investasi di Pulau Rempang. Foto: Twitter
Di sinilah, banyak orang, dengan keputusasaan yang sama, menyaksikan gambaran-gambaran peristiwa mencemaskan tersebut, seakan-akan mereka melihat simbol-simbol kehidupan sehari-harinya diserang dan dimusnahkan, seakan-akan mereka pun ikut merasakan kegelisahan orang-orang yang mengalaminya secara langsung.
Karenanya, masuk akal kiranya, mengapa orang di luar Rempang ikut terpanggil dengan suka rela untuk masuk menjadi “pembala” rakyat Rempang, meski kemudian mereka harus menerima tuduhan sebagai “provokator.”
Di sini, kita bersaksi bahwa tugas Mahfudz MD dan Bahlil, dua tokoh alumni HMI yang digadang-gadang sebagai penjaga marwah ‘keselamatan rakyat,’ kian tak berguna, bahkan absurd. Kedua tokoh ini justru ‘tegak lurus’ agar investasi berjalan terus, meski Muhammdiyah, NU, dan MUI, mengutuk dan menuntut agar investasi dihentikan dan rakyat dipulihkan hak-hak hidupnya. Sementara, Presidium Nasional KAHMI tampak buta dan tuli, diam seribu bahasa.
“Kullukum ra’in, wa kullukum mas’ulun—Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung-jawabannya. Sesungguhnya, Allah Maha Tahu apa yang terjadi, meski seluruh dunia bungkam. Atas nama investasi, pemerintah tega melakukan teror terhadap rakyatnya sendiri. Buldoser dan piting pun menjadi sahih dilakukan.
Bahkan, hari-hari ini, melalui media sosial, kita masih menyaksikan tekanan aparat kepada warga agar bersedia membubuhi tanda tangan untuk digusur. Ya Allah, ampunilah para pemimpin yang telah kehilangan akal sehat dan hati nurani itu! Wallahu a’lam.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0