Buldoser dan Piring: Teror Atas Nama Investasi

Ida Farida
Sep 21, 2023

Sejumlah massa menolak rencana investasi di Pulau Rempang. Foto: Twitter

kemudian, tampak korban-korban bergelimpangan di altar-altar rumah sakit, membuat gambaran peristiwa itu menjadi dramatis. Sementara di Jakarta, kita mendengar Kapolri berkata santun, “Tak ada korban di Rempang.” Sungguh, sebuah pembajakan nalar yang nyata.

Di sinilah, banyak orang, dengan keputusasaan yang sama, menyaksikan gambaran-gambaran peristiwa mencemaskan tersebut, seakan-akan mereka melihat simbol-simbol kehidupan sehari-harinya diserang dan dimusnahkan, seakan-akan mereka pun ikut merasakan kegelisahan orang-orang yang mengalaminya secara langsung. 

Karenanya, masuk akal kiranya, mengapa orang di luar Rempang ikut terpanggil dengan suka rela untuk masuk menjadi “pembala” rakyat Rempang, meski kemudian mereka harus menerima tuduhan sebagai “provokator.”

Di sini, kita bersaksi bahwa tugas Mahfudz MD dan Bahlil, dua tokoh alumni HMI yang digadang-gadang sebagai penjaga marwah ‘keselamatan rakyat,’ kian tak berguna, bahkan absurd. Kedua tokoh ini justru ‘tegak lurus’ agar investasi berjalan terus, meski Muhammdiyah, NU, dan MUI, mengutuk dan menuntut agar investasi dihentikan dan rakyat dipulihkan hak-hak hidupnya. Sementara, Presidium Nasional KAHMI tampak buta dan tuli, diam seribu bahasa.

“Kullukum ra’in, wa kullukum mas’ulun—Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung-jawabannya. Sesungguhnya, Allah Maha Tahu apa yang terjadi, meski seluruh dunia bungkam. Atas nama investasi, pemerintah tega melakukan teror terhadap rakyatnya sendiri. Buldoser dan piting pun menjadi sahih dilakukan.

Bahkan, hari-hari ini, melalui media sosial, kita masih menyaksikan tekanan aparat kepada warga agar bersedia membubuhi tanda tangan untuk digusur. Ya Allah, ampunilah para pemimpin yang telah kehilangan akal sehat dan hati nurani itu! Wallahu a’lam.***


1 2 3 4 5 6

Related Post

Post a Comment

Comments 0