Kejujuran Nabi Muhammad, Diakui Sahabat, Lawan Hingga Kaisar Bizantium

Widihastuti Ayu
Sep 12, 2024

Foto: Pixabay/Lyad

KOSADATA - Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai sosok yang jujur, bahkan sebelum diangkat sebagai Rasul. Menukil laman resmi Muhammadiyah, julukan al-Amin (Yang Dipercaya) disematkan oleh masyarakat Mekkah karena kejujuran dan integritas yang beliau tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat jarang terjadi pada tokoh-tokoh sejarah lainnya, terutama yang mendapatkan pengakuan luas di kalangan sahabat maupun lawan.

 

Bahkan ketika masyarakat Mekkah menentang ajarannya, mereka tetap mempercayakan barang-barang berharga kepada Nabi Saw. Kisah ini begitu mencolok ketika beliau berhijrah ke Madinah, di mana Nabi Saw menugaskan Ali untuk tetap tinggal di Mekkah guna mengembalikan semua titipan tersebut kepada pemiliknya. Tindakan ini menunjukkan bagaimana kejujuran Nabi Muhammad Saw menjadi bagian integral dari kehidupan pribadinya yang bahkan musuh-musuhnya akui.

 

Kejujuran Nabi Saw diakui oleh tokoh-tokoh sejarah di luar Islam. Salah satu di antaranya adalah Thomas Carlyle, seorang filsuf dan sejarawan asal Skotlandia, yang meskipun memiliki pandangan kritis terhadap Islam, tetap memuji kejujuran Nabi.

 

Carlyle menyatakan bahwa teori Nabi Muhammad Saw sebagai seorang penipu adalah hal yang sulit dipercaya. Ia menyoroti bahwa selama hidupnya, Nabi Muhammad Saw tidak menunjukkan ambisi untuk kekuasaan atau ketenaran, melainkan hidup dengan ketulusan dan kejujuran hingga akhirnya diutus sebagai Rasul pada usia 40 tahun.

 

Bukti lain dari kejujuran Nabi Saw datang dari interaksi beliau dengan Heraclius, kaisar Bizantium. Ketika Heraclius mendengar klaim kenabian Nabi Muhammad Saw, ia segera menyelidikinya dengan


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0