Jakarta Di Balik Tingginya Kepuasan Warga

Ida Farida
Jun 24, 2025

Direktur Research and Development Gerak Jakarta, Achmad Zamzami. Foto: ist

KOSADATATingkat kepuasan warga terhadap kinerja Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung dan Rano Karno, terbilang tinggi. Berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas, lebih dari 70 persen responden menyatakan puas terhadap kinerja dua pemimpin ibu kota itu. Namun, sejumlah persoalan klasik masih membayangi Jakarta.

 

Survei yang dilakukan sepanjang awal Juni 2025 itu mencatat kemacetan lalu lintas tetap menjadi keluhan utama warga Jakarta. Sebanyak 60,3 persen responden menilai kemacetan sebagai masalah yang paling mendesak untuk segera diatasi. 

 

Meski pemerintah telah membangun moda transportasi massal seperti LRT dan MRT, serta mendorong penggunaan kendaraan listrik, dampaknya dinilai belum signifikan.

 

“Warga Jakarta masih menghabiskan waktu lebih dari 20 menit untuk menempuh jarak 10 kilometer. Ini jelas belum ideal untuk sebuah kota megapolitan,” ujar Direktur Research and Development Gerak Jakarta, Achmad Zamzami kepada wartawan, Selasa, 24 Juni 2025.

 

Zamzami menambahkan, ketergantungan warga pada kendaraan pribadi menjadi faktor utama yang memperparah kemacetan. Ia mendorong pemerintah untuk lebih agresif memperluas transportasi publik dan memberikan insentif agar masyarakat beralih menggunakan angkutan umum.

 

Selain kemacetan, polusi udara menjadi masalah yang semakin mengkhawatirkan. Survei mencatat 68,1 persen warga tidak puas terhadap penanganan polusi udara di Jakarta. 

 

Data dari IQAir mencatat, sepanjang Juni 2025, Jakarta beberapa kali menempati posisi teratas sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Pada 13 Juni lalu, Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta mencapai 164, masuk kategori tidak sehat.

 

“Polusi di Jakarta bukan hanya soal emisi kendaraan, tapi juga karena aktivitas industri dan kurangnya ruang terbuka hijau. Kebijakan uji emisi dan penghijauan harus dipercepat,” kata Zamzami.

 

Banjir masih menjadi persoalan berikutnya. Sebanyak 48,1 persen responden menganggap banjir sebagai masalah utama di Jakarta. Tingkat ketidakpuasan publik terhadap penanganan banjir bahkan naik menjadi 44,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

 

Penyebab banjir sangat kompleks, mulai dari curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim, penurunan muka tanah hingga 12 sentimeter per tahun, hingga sistem drainase yang belum optimal.

 

Survei juga menyoroti pengelolaan sampah yang belum optimal. Tingkat kepuasan warga dalam hal ini hanya mencapai 46,7 persen. Sampah yang menumpuk tak hanya merusak estetika kota, tetapi juga memicu banjir dan mencemari lingkungan. Selain itu, soal keamanan dan rasa aman warga, tingkat kepuasan hanya sekitar 43 persen.

 

“Pemerintah perlu memastikan penanganan masalah-masalah ini dilakukan secara terpadu dan melibatkan masyarakat. Perubahan perilaku, terutama dalam penggunaan transportasi umum dan pengelolaan sampah, harus menjadi prioritas,” ungkap Zamzami.

 

Meski begitu, tingginya kepuasan warga menjadi modal sosial yang penting bagi Pemprov DKI Jakarta. Zamzami menilai, momentum menjelang usia 500 tahun Jakarta harus dimanfaatkan pemerintah untuk mempercepat transformasi ibu kota menjadi kota global yang bersih, nyaman, dan layak huni.

 

“Waktu Jakarta tidak banyak. Pemimpin kota ini harus lebih sering turun ke lapangan, dengar langsung keluhan warga, dan pastikan program berjalan efektif,” kata dia.

 

Survei Litbang Kompas ini melibatkan 610 responden warga Jakarta, yang dipilih secara acak dengan metode stratified random sampling. Margin of error survei sebesar ±4 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.***

Related Post

Post a Comment

Comments 0