Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 Kota Jakarta, DPRD DKI Jakarta gelar layar tancap. Foto: kosadata
KOSADATA — Aroma kopi hangat dan suara mesin genset mewarnai Halaman Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (20/6) malam. Di sudut-sudut halaman, obor bambu menyala redup, menyambut warga yang datang bersandal jepit atau berkemeja batik, seakan-akan waktu kembali ke era 80-an.
Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 Kota Jakarta, DPRD DKI Jakarta menggelar nonton bareng layar tancap, hiburan rakyat yang nyaris punah di tengah kota.
Malam itu, dua film legendaris diputar: Si Pitung dan Fatahillah. Keduanya film lawas yang sempat merajai layar tancap kampung pada masanya.
“Saya langsung semangat begitu dengar ada acara beginian. Anak saya saja sampai heran, nonton film di luar pakai layar gede kayak gini,” kata Wahyu Praditya (45 tahun), warga Depok, yang datang bersama kawan akrabnya, Ahmad Ramdani.
Wahyu mengaku sudah hampir 30 tahun tidak menonton layar tancap. “Terakhir itu zaman SMP, di lapangan dekat rumah. Sekarang nostalgia di pusat kota, gratis pula,” katanya, terkekeh.
Sejak pukul 18.00 WIB, halaman DPRD DKI mulai dipadati warga. Beberapa bemo tua disulap jadi pajangan di sudut halaman. Lampu obor yang berjajar menambah suasana jadul. Beberapa saung dadakan untuk warung kopi disiapkan, beratapkan jerami persis tempo dulu.
“Kami ingin suasananya betul-betul kayak zaman dulu. Filmnya juga pakai proyektor asli 35 mm,” ujar Nur Iyan, pemilik layar tancap yang didatangkan khusus untuk acara ini.
Film pertama, Si Pitung, dibintangi Dicky Zulkarnaen, langsung mengundang tepuk tangan saat adegan jagoan Betawi itu melawan penjajah.
Menyusul Fatahillah, film kolosal berlatar Batavia abad ke-17 dengan pemeran utama Igo Ilham, yang dulu sempat menjabat anggota DPRD DKI dua periode.
Tidak hanya film, panitia juga menyediakan jajanan gratis. Cukup memindai QR code di lokasi, warga bisa menikmati kopi, bakwan, ketoprak, hingga es lilin.
“Lengkap, tinggal kurang tukang gulali sama balon tiup,” seloroh Wahyu.
Acara ini jadi salah satu rangkaian hiburan rakyat dalam menyambut ulang tahun Jakarta. Konsep layar tancap dipilih untuk mengenalkan kembali hiburan rakyat kepada generasi muda Jakarta.
Langit malam makin gelap. Satu per satu kursi plastik terisi. Suara proyektor 35 mm mendesis pelan, bersaing dengan riuh tepuk tangan penonton. Jakarta malam itu seolah kembali ke masa lampau — sejenak lupa dengan kemacetan dan polusi.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0