Bisnis Pencacahan Plastik di sekitar TPST Bantargebang. Foto: KPNas
Beberapa kutipan mengenang masa sedih dalam buku Pemulung Sang Pelopor 3R Sampah (Tri Bangun L. Sony dan Bagong Suyoto, 2008) berikut.
“Saat itu kehidupan pemulung sangat sedih, dikejar-kejar terus. Tidak boleh mendirikan gubuk. Hanya pada malam hari kita mendirikan gubuk-gubukan dari keranjang ayam, bau tahi ayam. Kalau siang sudah dirobohkan. Besoknya lagi membuat gubuk lagi, begitu seterusnya," ujar Herman.
“Lebih sedih lagi kalau musim hujan datang. Susah untuk bisa istirahat, nggak bisa tidur”, kata Herman.
“Pada suatu hari beberapa pemulung ditangkap Kamtib atau Trantib diangkut mobil, saya lagi menggendong anak kecil dan menuntun dua anak. Anik sama Nadi. Untungnya saya tidak diciduk, mungkin kasihan … Entah mereka dibawa kemana?”, tambah Yunah istri Herman.
Herman dan keluarganya pindah ke Bantargebang tahun 1990. Ia masih mulung sampah dan tahu beberapa pabrik penerima sampah plastik. Ketika itu istrinya punya uang Rp Rp 3 juta, dijadikan modal untuk beli barang, selanjutnya memasukannya ke pabrik Kapuk dan Bogor.
Tahun 1990 harga sampah murah, semua murah, semua laku. Kresek (HD), PET laku. Tahun 1986 itu plastik kresek mulai laku dikirim ke Cakung Jakarta.
PE sampai sekarang, dari dulu masih tinggi. Plastik PE Bersih Rp 8.000-8.500/kg, kalau kotor Rp 4.000/kg. Harga PE pernah mencapai Rp 13.000-15.000/kg. Sekaramg jualnya dekat di Bekasi. Kalau yang kotor ke Cina Depok.
Pengiriman plastik kresek pertama ke Kapuk, itu terbesar se-Asia. Selanjutnya ke Tangerang, Pandaan Jawa Timur, Bandung. Ketika belum ada pabrik biji plastik di Bantargebang
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0