Konsep Lifelong Learning untuk Cetak Generasi Unggul di Era modern

Abdillah Balfast
Feb 13, 2025

Peluncuran Lifelong Learning

KOSADATA - Perkembangan zaman yang melaju begitu dinamis dan perubahan dunia kerja yang begitu pesat, membuat konsep lifelong learning menjadi semakin penting. 

Berdasarkan laporan UNICEF tentang Skills for the Future in Indonesia, dunia kerja di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk terus belajar, beradaptasi, dan mengikuti kebutuhan tempat kerja yang terus berubah. 

Sementara UNESCO yang menyatakan bahwa kurang dari 1% populasi dewasa di lebih dari sepertiga negara di dunia yang berpartisipasi dalam program lifelong learning. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan budaya belajar seumur hidup.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, Gentem Group hadir. Sebagai pusat pendidikan komprehensif yang menaungi tiga merek unggulan—Wall Street English, CURIOOkids, dan INDIES—Gentem Center akan secara resmi membuka cabang yang pertama di Jakarta. 

Pembukaan gerai baru ini dibalut dengan acara Grand Opening bertema Lifelong Learning: A Journey of Discovery and Growth di Neo Soho Mall. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) sebagai kunci membentuk generasi yang adaptif, kreatif, dan inovatif.

CEO dan Founder Gentem Indonesia Lifelong Learning Group, Kish Gill, mengatakan bahwa lifelong learning bukan hanya tentang pendidikan akademik, tetapi juga pengembangan keterampilan dan pola pikir. 

"Lifelong learners adalah mereka yang tidak hanya merespons dengan baik terhadap perubahan dalam hidup, tetapi juga mampu merangkul dan berkembang. Mereka melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk tumbuh dan menjadikan pembelajaran sebagai bagian dari gaya hidup," ujar Kish.

Ia juga menyoroti empat keterampilan utama yang dibutuhkan lifelong learners: komunikasi, berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas—ditambah empat pola pikir esensial, yaitu rasa ingin tahu, inisiatif, ketahanan menghadapi tantangan, serta kemampuan beradaptasi.  Keterampilan dan pola pikir ini tidak hanya relevan bagi anak-anak, tetapi juga bagi para profesional yang ingin terus berkembang.

Sementara menurut Psikolog Anak dan Remaja Anastasia Satriyo, M.Psi, resiliensi atau kemampuan untuk bertahan dan bangkit dari tantangan, merupakan kunci utama dalam membentuk anak-anak yang jenius di era modern.

"Banyak yang berpikir bahwa genius hanya tentang IQ. Padahal di zaman sekarang, kita justru sangat membutuhkan kemampuan beradaptasi, resiliensi emosi, dan soft skill. Itu yang akan membuat seseorang bisa menjadi 'jenius' versi zaman now," jelas Anas dalam talkshow pada rangkaian acara grand opening cabang ke-3 Gentem Center di Neo Soho, Jakarta Barat, Rabu (12/2).  

Ia juga menyoroti fenomena "strawberry generation", istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang rapuh menghadapi tekanan. Menurutnya, kebalikan dari generasi ini adalah anak-anak yang memiliki daya lenting—seperti bola basket yang jatuh tetapi bisa melambung kembali. (***)

Post a Comment

Comments 0