Direktur Manajemen Proyek dan Energi Terbarukan PLN, Suroso Isnandar (kanan) saat mengisi seminar GINEST. Foto: ist
Dari sisi emisi, PLTN tercatat menghasilkan jejak karbon hanya 0–12 gram CO₂ per kilowatt-hour (kWh), jauh lebih rendah ketimbang PLTU supercritical yang mencapai 870 gram CO₂ per kWh.
Ketua GINEST ITPLN, Agus Puji Prasetyono, menilai pengembangan PLTN menjadi solusi strategis dalam transisi energi sekaligus mewujudkan kedaulatan energi nasional. Menurut dia, Indonesia menargetkan pembangunan sekitar 200 unit PLTN hingga 2050.
“Berarti, kita harus betul-betul siapkan sumber daya manusia juga teknologinya. Kan tidak mungkin semua PLTN kita bergantung dari luar,” kata Agus.
GINEST, lanjut Agus, akan fokus pada pelatihan SDM, pengembangan inovasi teknologi, riset bahan bakar nuklir, pengelolaan limbah radioaktif, hingga penyusunan rekomendasi kebijakan energi nasional. Lembaga ini ditargetkan menjadi pusat integrasi ekosistem riset energi nuklir Tanah Air.
Presiden Prabowo Subianto, melalui pernyataan yang disampaikan Suroso, juga menegaskan pentingnya penguasaan teknologi nuklir, tidak hanya untuk sektor pertahanan, tetapi juga energi, kesehatan, dan pertanian.
Prof. Iwa sendiri optimistis, kehadiran GINEST menjadi langkah strategis bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama di era energi bersih berbasis nuklir. “Kita harus masuk sebagai pemain utama energi masa depan,” tandasnya.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0