KOSADATA– Tok Kadal, permainan tradisional masyarakat Betawi yang kini jarang ditemui. Padahal, permainan ini bisa merangsang jiwa sosial dan menumbuhkan sikap sportivitas dan tanggung jawab.
Permainan Tok Kadal ini memerlukan kelompok untuk memainkannya. Kerja sama tim dan komunikasi sangat kental dalam permainan ini.
Tok Kadal Lobang di beberapa daerah sering disebut juga dengan nama Kalawadi. Namun umumnya masyarakat mengenal permainan ini bernama Tok Kadal. Tidak ada literasi yang menyantumkan kapan permainan ini ditemukan dan pertama kali dimainkan.
Namun menurut Budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, permainan ini memang lahir di wilayah agraris. Tanah Betawi dahulunya memang didonimasi dengan area persawahan dan kebun-kebun. “Kala itu anak-anak pribumi gemar melakukan permainan tersebut,†katanya.
Dari namanya sendiri, Andi menjelaskan, permainan ini terinspirasi dari sebuah binatang yang sering ditemui di area persawahan atau kebun. Binatang itu adalah kadal. Biasanya bila ada yang menemukan bintang itu akan memukulnya sehingga terpental jauh.
“Tak Kadal atau Getok (pukul) Kadal ini lahir dari ciri masyarakat pertanian. Biasanya anak-anak jaman dulu itu suka ngarit (mencari rumput) ketika menemukan kadal lalu dipukul. Kadal itu kan lincah larinya, sehingga itu jadi sebuah hiburan tersendiri,†kata Andi.
Lambat laun, permainan ini diganti dengan menggunakan tongkat. Karena tidak setiap saat anak-anak menemukan kadal untuk dimainkan setiap saat.
Secara garis besar permainan ini menggunakan dua tongkat. Satu tongkat pendek sepanjang urang lebih 10 centimeter untuk pemukul dan satu tongkat lagi yang digunakan atau disimbolkan sebagai kadal sepanjang kurang lebih 30 centimeter.
Umumnya, tongkat yang digunakan dari kayu nangka. Namun tidak ada keharusan menggunakan kayu dari pohon nangka. Alasan menggunakan kayu nangka mungkin pada waktu itu lebih mudah ditemukan,kata Andi.
Sebelum permainan ini dimulai kedua kelompok akan mentukan siapa pemimpin diantara regu. Pemimpin regu harus melakukan suit untuk menentukan siapa tim yang akan bertindak sebagai pemukul dan tim yang akan berjaga atau menangkap tongkat yang akan dipukul.
Ihwal aturan permainan, tongkat panjang yang disimbolkan sebagai kadal akan diletakan diatas lubang. Pemain yang bertugas memukul nantinya harus mencongkel dengan tongkat pendek sehingga tongkat yang panjang melayang ke udara.
Bila tertangkap tim yang sedang berjaga, atau istilahnya bal maka pihak pemukul dianggap mati dan digantikan pemukul yang lain. Otomatis, pihak yang tengah berjaga telah mendapatkan satu poin. Namun kebailkannya, bila tongkat yang dipukul tidak dapat tertangkap oleh salah satu pemain penjaga, maka pihak pemukul yang mendapatkan satu poin dalam permainan ini.
“Di situ ada berbagai macam tenik memukul. Berbagai macam trik kemampuan memukul bisa dilakukan bebas asal tidak menlanggar aturan. Saya kira itu lumrah demi menghasilkan sebuah kemenangan,†jelas Andi.
Permainan seperti ini menurut Andi memang perlu kembali digaungkan, bukan hanya sebatas ada di materi pelajaran di sekolah. Namun perlu merambah ke komunitas-komunitas yang rutin mengadakan. “Dahulu permainan ini selalu dilakukan sore hari menjelang Magrib. Sebelum azan Magrib biasanya anak-anak mengakhiri permainan,†katanya.
Manfaat yang bisa diperoleh dari permainan tradisional seperti ini menurut Andi sangat baik untuk tumbuh kembang anak-anak. Selain merangsang jiwa sosial juga dapat menumbuhkan jiwa sportif , tanggung jawab, kesabaran, dan penengenalan diri. Selain itu permainan ini juga dapat mendidik anak untuk memahami lingkungan alam sekitar. ***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0