Taman Wisata Bu’at. Foto: Humas Pemkab TTS
KOSADATA — Di tengah sejuknya hembusan angin dan rimbunnya pepohonan yang menghampar di kaki bukit Desa Noinbila, Kabupaten Timor Tengah Selatan, berdiri sunyi sebuah taman yang pernah menjadi kebanggaan masyarakat: Taman Wisata Bu’at. Dibalut pesona alam yang asri dan udara segar pegunungan, taman ini dahulu menjadi magnet wisatawan sekaligus penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten TTS.
Namun, kejayaan itu kini tinggal kenangan. Taman Wisata Bu’at tampak lengang dan kurang terawat. Jalan setapak yang dulunya ramai oleh langkah wisatawan kini ditutupi dedaunan kering. Beberapa bangunan fasilitas terlihat kusam dan usang. Kesunyian ini memanggil perhatian Komisi II DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang belum lama ini mengadakan kunjungan kerja ke lokasi tersebut.
Rombongan dipimpin oleh Ketua Komisi II, Leonardus Lelo, S.IP., M.Si., didampingi Sekretaris Komisi, Junaidin, serta para anggota, antara lain Drs. Junus Naisunis, Johan Oematan, SH., M.Si., dan Klara Motu Loi, SH. Kunjungan ini merupakan bagian dari fungsi pengawasan legislatif terhadap pengelolaan destinasi wisata daerah.
Dalam suasana pertemuan terbatas yang berlangsung di tengah rimbunnya pepohonan pinus, para legislator mendengarkan pemaparan dari Kepala Dinas Pariwisata TTS, Roby Selan. Ia mengungkapkan bahwa pada masa jayanya, Taman Wisata Bu’at menjadi salah satu ikon wisata alam unggulan dan kontributor utama PAD kabupaten.
“Sayangnya, perhatian terhadap taman ini kian memudar. Padahal potensinya sangat besar,” ujar Roby.
Merespons hal itu, Leonardus Lelo menegaskan pentingnya sinergi antarinstansi untuk merevitalisasi taman tersebut. Ia mendorong Dinas Pariwisata TTS agar segera menjadwalkan koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian Pariwisata serta Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup.
“Karena taman ini berada di kawasan kehutanan, perlu kolaborasi lintas sektor agar revitalisasi dapat berjalan maksimal dan berkelanjutan,” ujar Leonardus.
Taman Wisata Bu’at dibangun pada era 1980-an oleh almarhum Pit A. Tallo, SH., Bupati TTS saat itu. Taman ini tidak hanya menawarkan keindahan lanskap alam, tapi juga menjadi ruang sosial dan edukasi bagi masyarakat sekitar. Banyak keluarga datang untuk berpiknik, siswa belajar tentang lingkungan, dan komunitas-komunitas budaya menjadikan taman ini sebagai panggung seni terbuka.
Kini, dengan semangat baru dari DPRD dan dorongan untuk menjadikan pariwisata sebagai sektor strategis, harapan akan kebangkitan Taman Wisata Bu’at mulai kembali bersemi. Udara segar, pemandangan hijau, dan gemericik air dari sungai kecil yang membelah kawasan taman itu seolah menanti kembali kehadiran langkah-langkah wisatawan yang dulu membuatnya hidup.
Jika kolaborasi dan revitalisasi berhasil dilakukan, bukan tidak mungkin Bu’at akan kembali menjadi primadona wisata NTT, sekaligus penyumbang PAD yang signifikan bagi pembangunan daerah.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0