Kali Ciketing alirkan limbah membahayakan dari TPST Bantargebang. Foto: ist
Leachate TPST Bantargebang belum terkelola dengan baik, sebagian masuk kali Ciketing, Kali Asem, Kali Peduren, dan seterusnya). Ketika musim hujan volume lindi semakin banyak. Sementara sistem manajemen air lindi tidak memadai. Dari dua IPAS yang ada, yang berfungsi secara normal hanya 1 IPAS, yakni IPAS 3.
Bandinkan dengan pengelolaan sampah dan air lindi TPA Sumurbatu. Masih memakai pendekatan lama: Kumpul-Angkut-Buang. Sampah belum terpilah dibuang ke TPA. Kota Bekasi mengandalkan TPA Sumrubatu, luas 21 hektar. Produksi sampah warga Kota Bekasi sekitar 1.500 ton/hari. Sampah di TPA hanya ditumpuk dan ditumpuk (pengolahan relatif tidak ada). Sampah sering longsor ketika musim hujan. Tumpukan sampah longsor menimbun ratusan makam warga. Air lindi tidak dikelola. Dampak pencemaran lingkungan dan acaman kesehatan semakin besar.
Paradigma lama (end of pipe solution) harus ditinggalkan, sebab menimbulkan berbagai masalah, yaitu: 1) Beban TPA sangat tinggi; 2) Luas lahan terbatas; 3) Operational cost tinggi; 4) Menimbulkan dampak lingkungan yang semakin berat (bau, air tanah); 5) Boros sumberdaya; 6) Kurang memberi ruang bagi peran masyarakat dan pelaku usaha; dan 7) Menciptakan stigma buruk, resistensi dan gerakan anti-TPA.
Saya minta pada Tim Monev untuk melakukan survey dan mapping, melakukan uji laboratorium air Kali Asem, penertiban pabrik, konservasi kali. Beberapa pekerjaan ke depan demi kelestarian kali,yaitu:
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0