Anak Disabilitas diajak Rano Karno nonton film Jumbo. Foto: Humas Pemprov DKI Jakarta
KOSADATA — Suasana Epicentrum XXI, Setiabudi, Jakarta Selatan, tampak berbeda kemarin. Di antara deretan kursi merah khas bioskop, ratusan anak-anak dari berbagai panti sosial tampak antusias menanti film dimulai. Beberapa di antaranya mengenakan alat bantu dengar, sebagian lainnya menggenggam tangan pendamping mereka erat-erat. Hari itu, mereka bukan sekadar penonton—mereka adalah tamu istimewa Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno.
Sang Wagub hadir untuk mengajak mereka menonton film animasi 3D berjudul Jumbo, karya sutradara Ryan Andriandhy yang diproduksi oleh Visinema Animation. Kegiatan ini bukan hanya sebatas hiburan, melainkan juga sarana edukatif untuk menanamkan nilai-nilai moral seperti persahabatan, keberanian, penerimaan diri, dan penghargaan terhadap perbedaan.
“Saya mengapresiasi Visinema Animation karena telah menghadirkan film yang mampu mencetak sejarah sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa,” ujar Rano Karno usai pemutaran film.
Tak sekadar pujian, Rano juga menyampaikan data yang cukup mencengangkan. Dalam 11 hari penayangan, Jumbo telah ditonton oleh lebih dari dua juta penonton—tepatnya 2.089.652 orang. Angka ini menjadi bukti bahwa karya lokal bisa berbicara banyak di tengah dominasi film asing.
Ia menyebutkan, produksi Jumbo melibatkan sekitar 420 kreator dan memakan waktu hingga lima tahun. “Apalagi ini film tiga dimensi. Kalau masih dua dimensi, prosesnya jauh lebih mudah. Tapi karena tiga dimensi, tentu membutuhkan waktu yang lebih lama,” tuturnya.
Sebagai aktor dan sineas yang sudah lama malang melintang di industri film, Rano mengaku mengikuti perkembangan film Jumbo sejak awal Ramadan hingga libur Lebaran. Ia mencatat, ada lima film Indonesia yang tayang serentak saat itu—tiga di antaranya bergenre horor. Meski bersaing ketat, Jumbo tetap mencuri perhatian.
Dengan penuh optimisme, Rano memprediksi jumlah penonton Jumbo bisa menembus lima juta. Ia menegaskan bahwa film anak-anak seperti ini penting untuk membangun karakter generasi muda Indonesia.
“Sekali lagi, kami dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat mendukung, karena Jakarta akan kami desain menjadi kota sinema. Ini menjadi langkah awal untuk membangun jaringan film di Jakarta menuju kancah internasional,” imbuhnya.
Hari itu, bioskop menjadi ruang inklusif bagi anak-anak dari berbagai latar belakang. Mereka datang dari Panti PSAA Balita Tunas Bangsa, PSBG Belaian Kasih, PSBNRW Cahaya Batin, PSAA Pitra Utama Satu, PSAA Putra Utama 3, dan Pesantren Difabel Bazis—termasuk anak-anak penyandang disabilitas seperti tuna netra, tuna rungu, dan tuna grahita.
Ketika lampu bioskop padam dan layar mulai menyala, senyum kecil merekah dari wajah-wajah mungil yang jarang mendapatkan momen seperti ini. Untuk sejenak, mereka diajak larut dalam dunia Jumbo—sebuah dunia yang tidak hanya menghibur, tapi juga memberi harapan dan keberanian.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0