KOSADATA - Gunung Pameongan yang terletak di Desa Sukamulya, Bungursari, Tasikmalaya telah disulap menjadi destinasi kuliner andalan warga lokal. Selain suguhan makanan yang mengenakkan, destinasi kuliner di Gunung Pameongan juga menyajikan pemandangan kota Tasikmalaya yang menyejukkan.
"Gunung Pameongan di Aboh sudah jadi tempat kuliner anak-anak muda," ujar Warga Sukamulya, Susi (40 tahun) dalam pesan singkatnya, Sabtu (21/1/2023).
Semula, Pemerintah Kota Tasikmalaya telah memberikan izin galian C untuk pengusaha swasta. Namun, warga setempat kompak menolak adanya galian C di Gunung Pameongan tersebut.
Namun, Gunung Pameongan yang dimiliki Keluarga Haji Dayat, tokoh masyarakat Aboh itu telah terlihat asri. Sejumlah penjuru ditata sedemikian rupa hingga memberikan kenyamanan bagi pengunjung.
Kini, Gunung Pameongan ini terkenal dengan nama Ten Thousand Hill Coffee. Tidak hanya menyediakan aneka seduhan kopi, tempat ini banyak menyiapkan menu makanan lain bagi pengunjung.
Sebelumnya, pengusaha pertambangan setempat mendatangkan alat berat beko (Exskavator – red) untuk menggali Gunung Pameongan. Hal ini menjadi pemicu kemarahan warga hingga melakukan demonstrasi penolakan.
Ketua LPM Kelurahan Sukamulya, Sudrajat di dampingi Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Al Muhtar ustad Nono mengatakan, sebelumnya seluruh aktivitas galian Gunung Pameongan sudah secara tertulis melibatkan semua unsur pengurus dan seluruh lapisan warga telah melakukan penolakan.
“Dengan adanya rencana kegiatan Galian C di Gunung Pameongan. Kami bagian dari warga RT 02/02 Babakan Hanjuang tetap menolak keras galian C di Gunung Pameongan. Alasan kami menolak galian pastinya akan merusak serapan air dan lingkungan termasuk kelestarian alam,†tegas Nono.
Galian Gunung Pameongan, katanya, akan meninggalkan kerusakan alam dan tidak menutup kemungkinan bisa kehilangan mata air, mengganggu tempat pemakaman umum serta merusak jalan yang dilalui oleh kendaraan pengangkut material.
“Digalinya Gunung Pameongan tentu akan berdampak pada kerusakan alam, sumber mata Air, jalan, menimbulkan polusi dan bising. Apalagi akses jalannya ada rambu-rambu truk tidak boleh melewati jalan Aboh,†terangnya.
Ustad Nono menambahkan, tentu adanya prilaku oknum pengusaha dan pengelola yang terus tidak ada hentinya alias membandel, bagi saya menjadi tanggungjawab moral terhadap warga masyarakat yang saat ini sudah sangat resah.
“Meski pun kami bukan pemilik lahan tersebut. Tetapi kami memiliki tanggungjawab untuk melestarikan Gunung Pameongan dan lingkungan serta menjaga kelestarian alam yang semakin hari sudah terasa sangat berpengaruh pada suhu udara dan resapan termasuk mata air akan hilang akibat ulah tangan jahil manusia yang tidak bertanggungjawab,†katanya.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Lirik Sholawat Waqtu Sahar, Lengkap dengan Terjemahan
SISI LAIN Jan 29, 2024
Comments 0