Cangkang-Isi Dakwah Pemuda Persis Kab. Tasikmalaya

KOSADATA- Sejak dulu sewaktu bergelut dengan keaktivisan Mahasiswa, kita sering mendialogkan dua hal penting dalam gerakan. Antara eusi (isi; substansi) dan cangkang (bungkus; formalitas). Dari kedua dialog tersebut, keumuman aktivis menitikberatkan pada urgensitas eusi dan menomorduakan cangkang. Semacam perlawanan pada tradisi formil yang dipandang cenderung melupakan dan menggerus eusi, maka cangkang disimpan sebagai sesuatu yang tidak perlu dimunculkan bahkan dijadikan objek penentangan. Anti populisme-selebritisme dan sebutan nama-nama lainnya adalah diantara tembakan yang sering kita sematkan untuk golongan yang terlalu formil.

Seiring dengan perkembangan perjalanan pergerakan serta tumbuh kembangnya pengetahuan, rupanya baik eusi maupun cangkang menjadi dua hal penting yang harus selalu didudukan sebagai dua sisi mata uang, satu sama lain tidak bisa dipisahkan.

Ada saatnya atau mungkin sudah tiba waktunya kita "ngeusian cangkang dan nyangkangan eusi". Sebagai arti dari kebijaksanaan diri bahwa antara keduanya bisa menguatkan jalan gerakan dakwah dan tujuan luhur perjuangan jam'iyyah.

Baju seragam, misalnya. Atau mobil gerakan, atau base camp perjuangan, atau rapat-rapat bulanan, dan bahkan konten-konten kreatif dakwah milenial, termasuk hal-hal administratif organisasi, banyaknya difahami sebagai bagian dari formalitas organisasi yang dengannya juga kurang diindahkan dan cenderung tidak diperhatikan. Sementara pendalaman ruh perjuangan melalui pengkajian dan wujud konkrit buku misalnya, atau dakwah sosial yang langsung bersentuhan dengan masyarakat, serta pembinaan berkala dalam bentuk dakwah mimbariah dan pengawalan ibadah umat, itu ruang yang sangat holistik dan menjadi substansi bagi sebuah pergerakan Islam.

Namun demikian, sesungguhnya baik cangkang maupun isi, khususnya bagi sebuah harokah dakwah yang modern dengan cirinya yang khas berupa kejelasan administrasi dan kepastian aturan-aturan baik yang menamainya dengan AD-ART,