Berburu Sang Predator Sungai Citanduy: Strike Balar, Ikan Agresif yang Mulai Langka

Ida Farida
May 31, 2025

Salah satu ikan Balar asli Sungai Citanduy yang didapat pemancing. Foto: ist

KOSADATA - Ketika matahari mulai condong ke barat, riak Sungai Citanduy tampak berkilauan. Di salah satu sudut aliran sungai yang tenang, sebuah joran tiba-tiba melengkung. Senar bergerak liar. Seekor ikan liar pelawan arus sedang berontak di ujung kail. Inilah sensasi berburu Ikan Balar, sang predator arus deras seperti di Sungai Citanduy yang keberadaannya kian menipis.

 

Lalawak, atau dikenal juga dengan nama balar, ceceperan, hingga Adungan di beberapa daerah, adalah ikan air tawar khas sungai berarus deras. Tubuhnya perak kehijauan dengan sirip berwarna kemerahan, berbeda dengan saudaranya, ikan Tawes, yang bersirip hitam. Keunikan itu pula yang membuatnya jadi incaran para pemancing liar di Citanduy.

 

"Musim panas begini memang waktu yang pas buat strike," kata Sandi (45), penghobi mancing asal Ciamis, Jawa Barat, saat ditemui di bantaran Sungai Citanduy, Jum'at sore. Ia tengah bersiap-siap menggulung senar, bersiap duel dengan penghuni arus.

 

Menurut Sandi, saat debit air sungai mulai surut dan air tampak lebih bersih, Balar keluar dari persembunyiannya. Biasanya ikan ini memilih berdiam di cekungan sungai yang arusnya sedikit landai, sambil mengincar ikan-ikan kecil yang lewat. "Dia itu agresif. Kalau udah makan umpan, manuvernya cepat banget," ujarnya.

 

Karena karakter predatornya, memancing lalawak tak bisa sembarangan. Diperlukan teknik khusus, pancingan ringan, senar kuat, serta umpan yang menyerupai ikan kecil. Beberapa pemancing mengandalkan soft lure hingga mini popper, umpan tiruan yang meniru gerakan mangsa alami.

 

"Saya pakai ikan-ikanan buatan. Soalnya kalau umpan mati, sering kalah sama arus deras," tutur Sandi, sambil menunjukkan kailnya yang telah dipasangi soft lure berwarna perak mengilat.

 

Meski hasil tangkapan bisa mencapai ukuran hingga satu kilogram dengan panjang 25 sentimeter, tidak semua hasil strike langsung dibawa pulang. Ada aturan tidak tertulis di kalangan pemancing sungai: catch and release.

 

"Bukan soal puas dapat ikan besar aja. Tapi lebih puas lagi kalau bisa menjaga habitatnya," kata Sandi. Ia menyebut populasi balar di sungai-sungai Jawa Barat mulai menipis, seiring kualitas air menurun dan tekanan penangkapan liar yang kian masif.

 

Menurut catatan Balai Riset Perikanan Air Tawar, meskipun belum masuk kategori terancam punah, keberadaan balar memang harus mendapat perhatian khusus. Di beberapa lokasi, ikan ini mulai jarang terlihat.

 

Sensasi berburu balar bukan cuma soal tarikan di ujung joran. Ada kepuasan lain saat melihat sang predator arus deras itu kembali ke habitatnya. "Biar anak cucu kita nanti masih bisa lihat ikan balar langsung di sungai, bukan cuma di buku," ujar Sandi.

 

Seiring mentari tenggelam di ufuk barat, Sandi kembali melangkah ke tepi sungai. Senarnya digulung, umpannya dilepas. Di aliran Citanduy yang tenang, ia tinggalkan jejak cerita tentang perburuan, persahabatan, dan komitmen menjaga ekosistem sungai. Sebab, berburu balar bukan soal jumlah ikan yang dibawa pulang, tapi tentang seberapa banyak ikan yang masih bisa bertahan di habitatnya.***

Post a Comment

Comments 0