Fajar Shiddiq, S.Pd.I, Penulis.
Fenomena rendahnya literasi Al-Qur'an bahkan pernah penulis lihat sendiri ketika menjadi panitia penerimaan santri baru di Pesantren Persis 42 Sukaresik selama tiga tahun berturut-turut. Dalam tes potensi akademik calon santri baru yang datang dari berbagai daerah dan lulusan Madrasah Diniyah, hasil akhir tes dalam baca tulis Alquran calon santri baru selalu ada di peringkat paling rendah.
Realitas rendahnya indeks literasi Al-Qur'an di Indonesia tentu adalah pukulan yang sangat menghantam dada. Miris, ironis, dan sangat memprihatinkan. Entah siapa yg harus disalahkan? Padahal kelompok dakwah berbasis ormas hari ini puluhan mungkin ratusan, pesantren dan Madrasah bertengger banyak. Akan tetapi buta huruf Al-Qur'an justru terjadi sangat dahsyat angkanya.
Fenomena buta huruf Al-Qur'an harus segera dicari solusi dan jalan keluarnya. Jika dibiarkan tidak ada gerakan serius, sistematis, terstruktur, dan terukur, boleh jadi umat Islam Indonesia akan semakin jauh dari sumber utama beragamanya. Belum lagi memang upaya untuk menjauhkan kaum Muslim dari Islam adalah proyek sekularisasi yang sangat masif.
Akan tetapi, siapa yang harus segera mengeksekusi Revitalisasi gerakan literasu Al-Qur'an ini? Tentu dalam hal ini banyak elemen yang harus segera bertindak, baik pemerintah, lembaga pendidikan, bahkan lembaga dakwah. Berikut beberapa tawaran stragis mudah-mudahan menjadi bahan pertimbangan kaum muslim.
1. Revitalisasi Kurikulum Alquran di Madrasah Diniyah
Lagi-lagi lembaga pendidikan yang harus reaktif terhadap fenomena rendahnya literasi Al-Qur'an. Terlebih, beberapa pengalaman kami ketika tes potensi akademik calon
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0