Diperlukan upaya untuk melindungi anak di kawasan TPA. Foto: ist
Dunia anak-anak pemulung adalah sampah. Seperti dunia orang tuannya, ya sampah. Tulang dan dagingnya tumbuh besar berkah penghasilan dari sampah. Sampah tak lagi asing bagi anak-anak ini. Memori anak-anak ini melekat dengan dunia sampah.
Kesedihan dan kegembiraan mereka berada dalam sampah. Kata anak-anak kota sampah menjijikan, sebaliknya, anak-anak pemulung melihat sampah mengasyikan. Bagi mereka terbiasa dengan bau busuk sampah, bau busuk leachate, bau busuk gas methan, dan seterusnya.
Anak-anak apa pun situasinya, tidak peduli, apakah ada pertengkaran, harga kebutuhan pokok naik, orang tuanya berantam karena kurang uang belanja, dll. Mereka menuruti isi hatinya untuk bermainan dengan kawan-kawan sebayanya. Masa anak-anak adalah masa bermain.
Tetapi banyak orang tua pemulung dan kaum miskin yang tidak mempedulikan, malah “memenjarakan” anak-anak dalam dunia kerja. Banyak anak yang dipaksa bekerja siang malam sebagai pengais sampah guna menopang ekonomi keluarga. Masa anak-anak itu telah direnggut orang tua dalam mempertahankan kelangsungan hidup keluarga, yang seharusnya bukan tanggung jawabnya. Hak-hak anak telah dirampas sedemikian rupa oleh kaum dewasa?
Anak-anak ini pun terpaksa merawat adiknya yang masih kecil (balita) ketika orang tuanya mengais atau memilah sampah. Beban orang tuanya ditransfer ke anaknya yang masih usia dini. Beban anak semakin berat.
Kita perlu menelusuri dan menelaah berkaitan dengan dasar hukum dan kajian-kajian ilmiah tentang perlindungan anak. Anak-anak merupakan
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0