Sambut Bulan Suci Ramadan 1445 Hijriyah, MUI Terbitkan Tausiyah Bagi Umat Islam

Abdillah Balfast
Mar 11, 2024

MUI keluarkan Tausiyah Ramadan

KOSADATA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan Tausiyah Ramadan. Tausiyah ini dalam rangka menyambut dan mensyiarkan bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah.

Tausiyah Ramadan tersebut dikeluarkan pada Sabtu, 9 Maret 2024 M/28 Sya'ban 1445 H di Jakarta melalui surat Nomor: Kep-24/DP-MUI/III/2024 yang ditandatangani oleh Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar dan Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan. 

Dalam Tausiyah Ramadan tersebut, terdapat 10 poin sebagaimana berikut:  

Satu, Ramadan adalah bulan suci dan mulia. Maka, hendaknya umat Islam menyambutnya dengan penuh suka cita dan mensyiarkannya untuk memaksimalkan peningkatan iman dan takwa sebagaimana tujuan ibadah puasa adalah untuk menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ 

مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183).

Dua, Ramadan adalah bulan penuh pahala, kebaikan, dan ampunan. Maka hendaknya umat Islam untuk semakin produktif dalam menjalani aktivitas rutinnya.

Memaksimalkan ibadah di dalamnya seperti puasa, ibadah Tarawih, qiyamul lail, membaca Alquran, berzikir, dan bersedekah. Menjauhi segala bentuk aktivitas yang mengarah kepada maksiat, munkarat, mulghah. 

Memperbanyak taubat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub ila Allah). Mengharapkan ridha Allah SWT agar dapat meraih keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim).

"Penentuan 1 Ramadan 1445 H ini berpotensi adanya perbedaan di antara pemerintah dan sebagian umat Islam. Maka hendaknya perbedaan awal Ramadan tersebut tidak mengurangi kekhusyukan dan kualitas pelaksanaan ibadah puasa namun justru menjadi penguat kualitas toleransi serta persaudaraan antar sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah)," bunyi poin ketiga.

Empat, menjaga sikap saling toleransi dan saling menghormati antara mereka yang berpuasa dan yang tidak berpuasa, terutama dari mereka yang tidak berpuasa kepada saudara-saudaranya yang sedang berpuasa demi kekhusyukan pelaksanaan ibadah puasa dan kemuliaan bulan suci Ramadan.

Lima, Dai dan muballigh dalam aktivitas ceramah Ramadan di masjid, mushalla, majelis taklim maupun di media sosial, media cetak, televisi dan media elektronik lainnya agar terus bersemangat untuk menyampaikan penguatan materi ceramah agama yang konstruktif, inspiratif, dan optimisme untuk membangun bangsa Indonesia yang semakin baik dan maju dalam Ridha Allah SWT.

Enam, menjelang bulan Ramadan ini ketersediaan bahan kebutuhan pokok di pasaran mengalami kelangkaan sehingga harganya mengalami kenaikan. Akibatnya daya beli rakyat berekonomi menengah ke bawah cukup rendah hingga mengalami kesulitan untuk mendapatkannya dengan harga yang terjangkau. 

"Maka, hendaknya pemerintah segera mengambil kebijakan intervensi pasar secara cepat dan tepat untuk menstabilkan harga dan menyediakan ketersediaan bahan pokok pangan di bulan Ramadan dan seterusnya agar daya beli rakyat kembali dapat menjangkaunya. Dengan demikian akan semakin menambah kekhusyukan umat Islam dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadan," bunyi lanjutan poin keenam.

Tujuh, mengimbau umat Islam yang tergolong mampu untuk menyegerakan pembayaran zakat fitrah dan zakat mal serta menyalurkannya kepada mereka yang berhak untuk menerimanya (al-ashnaf ats-tsamaniyah). Demikian halnya kepada instansi perusahaan untuk menyalurkan dana peduli sosial mereka (corporate social responsibility) sebagai bentuk penunaian zakat, infak, dan sedekah (ZIS) kepada lingkungan masyarakat sekitarnya.

Delapan, mengimbau kepada umat Islam dan masyarakat umumnya untuk tidak mengkonsumsi produk Israel hingga berhenti melakukan kejahatan perang dan genosida terhadap rakyat Palestina. Umat Islam juga hendaknya ikut berdonasi kemanusiaan untuk rakyat Palestina demi meringankan beban mereka yang sedang mengalami penderitaan akibat kejahatan perang dan genosida Israel.

Sembilan, Ramadan adalah bulan pendidikan rohani. Hal ini hendaknya dimaksimalkan bagi upaya-upaya penguatan akhlak untuk menangkal dan menanggulangi perilaku sosial negatif-destruktif yang merusak akhlak bangsa Indonesia di lingkungan keluarga, pendidikan, dan lingkungan pergaulan masyarakat yang lebih luas lainnya. Di antaranya agar umat menghindari perilaku berlebihan (israf) dalam gaya hidupnya sehingga dapat berlatih mengendalikan hawa nafsunya dalam kehidupan sehari-hari 

Sepuluh, kesucian dan kemuliaan bulan Ramadan di tahun politik ini hendaknya dijadikan sebagai momentum muhasabah seluruh komponen bangsa Indonesia untuk saling mendinginkan tensi akibat perbedaan pilihan politik pasca pemungutan suara, membangun dialog konstruktif-komunikatif, meningkatkan sikap saling menghormati, serta lebih mengutamakan menjaga persatuan dan kedamaian berbangsa bernegara menjelang pengumuman resmi hasil penghitungan suara Pemilu serentak 2024 oleh KPU RI. 

Hal ini sebagai implementasi terhadap komitmen persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathaniyah), dan juga persaudaraan atas dasar saling menghargai sesama umat manusia (ukhuwah insaniyah).

"Demikian Taushiyah Ramadan 1445 H ini disampaikan. Dengan memohon Ridha dan inayah Allah SWT semoga ibadah puasa berjalan dengan khusyuk, khidmat, hingga mencapai derajat takwa dan diterima Allah SWT untuk kemuliaan Islam dan kemajuan serta kesejahteraan bangsa Indonesia," tutup poin sepuluh.(***)

Related Post

Post a Comment

Comments 0