Pebisnis Tapi Alergi Politik, Mungkinkah?

Ida Farida
Jan 08, 2024

Sejumlah bendera partai politik menghiasi kawasan Jembatan Semanggi. Foto: kosadata

para “policy makers” itu mesti diperhitungkan.  

 

Atau dalam bisnis garmen, siapa para pemainnya, apa regulasi yang ada dan yang mempengaruhi bisnis ini. Semua dihitung. Ada importir garmen branded baru, ada pula importir garmen branded tapi bekas. Ada pemain tekstil (mereka yang bikin kainnya) dengan berbagai warna dan motif, bikin kancing, bikin retsleting, sampai ke para desainer. Ada pula para distributor dan pedagang ecerannya, dan seterusnya sepanjang rantai pasok (supply-chain) bisnis ini.

 

Mereka saling mempengaruhi, misalnya para importir garmen branded melobby pembuat regulasi agar melarang impor garmen bekas. Alasannya tentu bisa disusun seargumentatif mungkin, membela ini dan itulah, pokoknya yang seheroik mungkin. Melibatkan para social-influencer dan content-creator juga, dan seterusnya. 

 

Banyak contoh atau studi kasus yang bisa didalami dalam rangka kita mendalami kedua bisnis itu (BTS dan garmen). Itu baru dua, padahal banyak aspek yang bisa dan perlu dipelajari oleh para “business enthusiasts”. Walau lalu juga harus diingat, jangan kelamaan analisa, karena dalam setiap keputusan bisnis ada faktor “timing”. 

 

Ada faktor waktu, jangan sampai kehilangan momentum. “Paralysis by analysis”, lumpuh karena kebanyakan analisa dan telat mengambil keputusan. 

 

Seperti pesan dari pembuat sepatu olah raga kondang: “Just Do It!” ***


1 2

Related Post

Post a Comment

Comments 0