Fransiscus Go. Foto: Ist
Sementara yang kontra, kata tokoh masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, diantaranya disebabkan karena perbedaan akses terhadap teknologi yang menjadi gap tinggi, adanya pola diskriminasi sosial ekonomi, adanya krisis ketidaksetaraan dan minimnya investasi di bidang infrastruktur AI.
Menurut Frans, AI bukan yang esensial dan normatif, bukan pula yang fundamental. Mengingat perkembangannya yang berubah seiring jalan, maka AI juga tidak statis. AI dinamis sebagaimana teknologi, misalnya handphone, laptop dan lain sebagainya.
"Terhadap yang berubah-ubah demikian kiranya kita tidak perlu menjadi risau. AI ibarat buih di tepi pantai yang bisa lenyap dan terus berganti, namun bisa sedikit dimaknai dan membantu dalam kerangka waktu," pungkasnya.
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0