Peta percakapan netizen soal Sirekap yang dicapture Drone Emprit. Foto: x Ismail Fahmi
KOSADATA - Pendiri Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan hasil analisis percakapan media sosial terkait Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) yang digunakan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Sirekap merupakan aplikasi untuk mendokumentasikan formulir hasil penghitungan suara di tempat pemungutan suara (TPS) untuk kemudian meneruskannya ke jenjang rekapitulasi berikutnya.
Dari hasil pantauan di sejumlah platform pada 14 hingga 15 Februari, Sirekap mendapatkan sentimen negatif cukup tinggi. Untuk Twitter misalnya, memiliki sentimen negatif terhadap Sirekap 85 persen, netral 9 persen, positif 7 persen; TikTok punya sentimen negatif 70 persen, sentimen positif 13 persen, dan netral 16 persen; YouTube punya 90 persen negatif, dan 10 persen positif, tanpa ada yang netral.
Menurutnya, netizen mengkritik Sirekap karena adanya kesalahan dalam konversi data antara formulir C hasil perolehan suara dengan Sirekap. Hal ini mengakibatkan ketidaksesuaian data yang ditampilkan.
"Netizen menganggap bahwa aplikasi Sirekap tidak sebaik aplikasi lain seperti PINJOL (Pinjam Online). Mereka merasa bahwa Sirekap kalah bagus dalam hal fungsionalitas dan kehandalan," ujar Ismail Fahmi dalam akun twitternya, dikutip Jum'at (16/2/2024).
Tidak hanya itu, dia juga menyoroti ketidaksesuaian data yang ditampilkan Sirekap. Menurutnya, netizen menyoroti adanya ketidaksesuaian antara data C1 asli dengan data yang ditampilkan di Sirekap. Angka suara paslon tertentu terkadang berubah secara drastis di Sirekap, yang menimbulkan kecurigaan terhadap integritas data.
"Netizen menduga adanya unsur kesengajaan dalam perubahan data di Sirekap untuk memenangkan paslon tertentu. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap legitimasi penyelenggaraan pemilu," tegasnya.
Banyaknya kritik terhadap Sirekap, ungkapnya, netizen juga menyalahkan KPU sebagai penyelenggara pemilu karena kesalahan dalam konversi data dan ketidaksesuaian data di Sirekap. Mereka merasa bahwa KPU tidak kompeten dalam mengelola data pemilu.
"Netizen merasa bahwa Sirekap tidak transparan dalam menampilkan data pemilu. Mereka merasa bahwa data yang ditampilkan tidak valid dan tidak dapat dipercaya," tegasnya.
Netizen juga mengkritik integritas data DPT (Daftar Pemilih Tetap) dan hasil OCR (Optical Character Recognition) di Sirekap. Mereka merasa bahwa data yang ditampilkan tidak sesuai dengan data asli yang diunggah ke Sirekap.
Menurutnya, netizen mengkhawatirkan keamanan aplikasi Sirekap. Beberapa netizen bahkan menyebut adanya potensi backdoor dan celah keamanan dalam aplikasi tersebut.
"Beberapa netizen mungkin memiliki pengalaman pribadi yang buruk dengan Sirekap, seperti data yang dikunci oleh KPU untuk menjegal seseorang. Hal ini membuat mereka merespon negatif terhadap Sirekap secara keseluruhan," jelasnya.
Terpisah, Ketua KPU Hasyim Asy'ari meminta maaf jika ada ketidaksempurnaan pada sistem Sirekap.
"Kami mohon maaf kalau hasilnya pembacaannya kurang sempurna dan menimbulkan publikasi hitungannya, hitungannya maksudnya dari konversi ke hitungan belum sesuai," kata dia, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/2).
"Tidak ada niat manipulasi, tidak ada niat untuk mengubah-ubah hasil suara. Karena pada dasarnya formulir C Hasil yang plano diunggah apa adanya," lanjut Hasyim.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0